Ilustrasi Pasar Saham Bearish (Sumber: Mika Baumeister | Unsplash)
Dunia pasar modal khususnya pasar saham, ada dikenal beberapa istilah yang kerap kali mempengaruhi ke psikologi manusia dalam mengambil keputusan, salah satunya “Sell in May and Go Away”.
Ketika mendengar kalimat tersebut tentu sebagian dari kita akan bertanya apakah benar akan terjadi penjualan saham secara besar-besaran di bulan Mei atau itu hanyalah mitos.
Isitlah “Sell in May and Go Away” ini asal mulanya berasal dari negara Amerika Serikat (AS) dimana di negara tersebut memiliki iklim yang cukup berbeda dengan iklim tropis di Indonesia. Di AS ada yang namanya liburan musim panas dimana liburan ini cukup panjang yang pada umumnya dimulai dari Bulan Juni hingga September.
Ketika di musim liburan tersebut, pada umumnya investor AS memiliki kebiasaan untuk mulai mempersiapkan dana untuk liburan panjang sejak bulan Mei sehingga mereka menarik investasinya sementara waktu hingga bulan September. Pada bulan Oktober bertepatan dengan tradisi Halloween, investor AS cenderung akan kembali berinvestasi di pasar modal.
Istilah “Sell in May and Go Away” ini dipopulerkan oleh Stock Trader’s Almanac, dimana mereka melakukan riset pergerakan indeks S&P 500 di bursa AS dengan tiga periode investasi yang berbeda yaitu :
1. Bulan Mei hingga Oktober
2. Bulan November sampai April
3. Beli dan Simpan (Buy & Hold)
Apapun hasil dari riset mereka apabila diliput dari tahun 1950 hingga 2021 yaitu sebagai berikut:
(Sumber: Stock Trader's Almanac and Author)
Dari hasil riset Stock Trader’s Almanac, dapat dilihat bahwa investasi di periode Bulan November hingga April memiliki perbedaan yang signifikan dibanding investasi di periode Bulan Mei hingga Oktober. Maka dari itu untuk periode Bulan Mei hingga Oktober sering diistilahkan dengan “Sell in May and Go Away” sedangkan periode Bulan November hingga April sering disebut dengan istilah “Halloween Indicator”
Hal ini juga disampaikan oleh Fidelity Investment yang diliput melalui Investopedia yang mengatakan bahwa rata-rata pertumbuhan indeks S&P 500 AS sejak tahun 1990 pada periode Bulan Mei hingga Oktober adalah 2%, dibandingkan dengan periode Bulan November hingga April dengan angka rata-rata dikisaran 7%.
Jadi kalau bulan Mei ada aksi jual asing yang besar-besaran, kamu sudah tahu kan penyebabnya. Tapi jangan kuatir, kalau kamu ingin mengambil kesempatan justru inilah saatnya berinvestasi di Reksa Dana Saham, namun apabila kamu tetap tidak mau mengambil risiko tinggi maka kamu bisa memilih Reksa Dana Pasar Uang atau Reksa Dana Pendapatan Tetap yang memiliki risiko jauh lebih rendah.
Yuk mulailah berinvestasi Reksa Dana di aplikasi yang Aman & Legal seperti Makmur, karena PT Inovasi Finansial Teknologi (Makmur) adalah perusahaan Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) yang terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Selain kamu dapat berinvestasi Reksa Dana, kamu juga bisa mendapatkan berbagai bonus investasi melalui promo-promo menarik dari Makmur. Yuk mulai perjalanan investasimu bersama Makmur dan temukan berbagai Reksa Dana terbaik dari Manajer Investasi pilihan.
Yuk unduh Makmur melalui link dibawah ini dan jangan lupa berikan ulasan terbaikmu.
Baca juga : Bunga Tabungan vs Kinerja Reksa Dana, Mana Yang Lebih Baik?