NEWS

The Fed Menaikkan Suku Bunga Acuan 25 Basis Poin, Apa Saja Dampaknya di Indonesia?

Tim Makmur, 17 Maret 2022

Jerome Powell, Chairman of The Federal Reserve, FOMC Press Conference 11 Desember 2019 (Sumber: Youtube Federal Reserve)

Dalam dunia ekonomi, ada yang namanya Inflasi yang merupakan kenaikan harga barang dan jasa secara terus menerus dalam periode tertentu. Salah satu faktor penyebab Inflasi yaitu tingkat penyebaran uang di masyarakat terlalu tinggi sehingga meningkatkan permintaan (demand) yang tinggi sedangkan jumlah pasokan (supply) terbatas.

Dengan bertumbuhnya tingkat inflasi maka dapat dilihat perputaran roda ekonomi semakin kencang yang membuat pertumbuhan ekonomi suatu negara juga naik. Namun efek samping dari inflasi juga dapat dirasakan oleh masyarakat yaitu pengurangan nilai (value) dari mata uang tersebut, dalam hal ini yaitu Rupiah.

Simpelnya inflasi bisa diilustrasikan seperti ini, sewaktu 20 tahun yang lalu mungkin dengan uang Rp 100.000,- kamu dapat berbelanja untuk kebutuhan mu sebulan bahkan 2 bulan, namun untuk zaman sekarang ini dengan nilai uang yang sama Rp 100.000,- kamu hanya dapat berbelanja untuk kebutuhan mu seminggu, itulah yang dinamakan pengurangan nilai dari mata uang tersebut yang disebabkan oleh Inflasi.

Bagaimana suatu negara mengatasi lonjakan inflasi yang terlalu tinggi? 

Ilustrasi Inflasi (Sumber: Pixabay)

Kembali lagi ke dunia ekonomi, ada istilah kebijakan moneter dimana setiap negara memiliki kebijakan untuk mengatur tingkat suku bunga bank sentralnya masing-masing. Kenapa dengan menaikkan atau menurunkan suku bunga bisa mengatur inflasi?

Simpelnya gini, kalau misalnya dengan contoh ekstrim suku bunga deposito bank dinaikkan ke 60%-70% setahun, siapa yang mau nabung? Tentunya orang-orang akan berbondong-bondong menabung kan? Ketika semua orang pada menabung, maka tingkat uang beredar di masyarakat akan menurun drastis sehingga minat pembelian barang akan menurun yang otomatis menurunkan harga barang tersebut ke harga wajar / rendah, tingkat inflasi pun bisa turun drastis.

Hal tersebut yang juga dilakukan oleh The Fed (Federal Reserve) untuk mengendalikan lonjakan inflasi yang sangat tajam yang terjadi di Amerika Serikat (AS) yang dalam beberapa periode terakhir telah melewati angka 7%. 

Pada hari Rabu 16 Maret 2022 waktu setempat di AS, The Fed menyetujui kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) atau +0,25%.

Apa dampaknya di Negara Indonesia?

Bukan hanya Indonesia, namun hampir semua negara memiliki Utang Luar Negeri yang diterbitkan dengan mata uang US Dollar. Yang namanya utang, tentu ada tingkat bunga nya alias bunga kredit. Dengan naiknya suku bunga acuan The Fed, berarti tingkat suku bunga tabungan maupun pinjaman (kredit) akan juga turut naik.

Kalau kamu misalnya dalam status meminjam uang dan si peminjam ini menaikkan bunga pinjamannya, tentu yang kamu rasakan tidak lain adalah kewajibanmu untuk membayar bunga juga akan turut meningkat. Hal ini yang juga dirasakan berbagai negara di dunia yang memiliki utang luar negeri, termasuk Indonesia.

Pada umumnya dengan kenaikan suku bunga acuan, Bank Indonesia juga akan turut menaikkan suku bunga untuk menyeimbangkan antara output dan input yang diterima oleh negara.

Namun apabila Indonesia menaikkan suku bunga dimana saat ini tingkat inflasi kita masih tergolong cukup rendah dan juga pertumbuhnan ekonomi juga masih masuk dalam fase pemulihan ekonomi, maka yang terjadi malah akan memperburuk roda perputaran ekonomi di Indonesia.

Maka dari itu untuk sementara waktu, Bank Indonesia tidak menaikkan suku bunga acuan untuk perbankan di Indonesia sehingga dapat mendorong pemulihan ekonomi yang lebih cepat. Syukurnya cadangan devisa Negara kita masih tergolong baik sehingga dampak kenaikan suku bunga dari The Fed masih bisa ditangani (di cover) oleh Negara kita dengan baik.

Apakah ada pengaruhnya dengan Pasar Modal Indonesia? 

Ilustrasi Pasar Modal Indonesia (Sumber: Pixabay)

Selama Bank Indonesia belum menaikkan tingkat suku bunga, maka pasar modal khususnya pasar Saham dan Obligasi masih akan stabil dan masih bisa menjadi pilihan, namun kamu juga perlu siap karena cepat atau lambat suku bunga di Indonesia tentunya akan dinaikkan entah tahun ini atau beberapa tahun depan.

Apabila pada akhirnya suku bunga dinaikkan, kamu dapat memilih instrumen yang mendapat dampak positifnya yaitu instrumen pasar uang. Instrumen pasar uang mayoritas berisikan Deposito dan apabila suku bunga dinaikkan maka tentunya hasil investasimu dapat juga meningkat, dan ini berbanding terbalik dengan instrumen Saham & Obligasi dimana kewajiban pembayaran utang mereka akan meningkat dan akan berdampak ke laporan keuangan perusaahan tersebut yang bisa saja menurun.

Instrumen pasar uang, Obligasi & Saham semuanya kamu dapat temukan dalam ragam jenis produk Reksa Dana yang kamu dapat akses melalui aplikasi Makmur. PT Inovasi Finansial Teknologi (Makmur) adalah perusahaan Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) yang terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Yuk mulai perjalanan investasimu bersama Makmur dan dapatkan berbagai promo-promo menarik. Bersama Makmur kamu bisa temukan berbagai Reksa Dana terbaik dari Manajer Investasi pilihan. Yuk unduh Makmur melalui link dibawah ini dan jangan lupa berikan ulasan terbaikmu.

Android : Play Store 

IOS : App Store 

Website : Makmur.id 

Baca juga : Apakah semua IPO Saham cuan? Simak Tips Dalam Memilih Emiten Yang Baik!