Istilah tapering akhir-akhir ini cukup sering kita dengar yang berarti kebijakan untuk mengurangi suntikan likuiditas / stimulus ke pasar keuangan. Tapering bisa diibaratkan dengan “pedal rem” dan Stimulus adalah “pedal gas”
Kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) per bulan November 2021 telah menerapkan kebijakan tapering dengan mengurangi stimulus ke pasar keuangan yang semulanya USD120 Miliar menjadi USD 15 Miliar.
Kita perlu mengetahui bahwa kebijakan tapering biasanya dilakukan oleh bank sentral apabila perekonomian suatu negara sudah mulai pulih sehingga tidak perlu lagi mendapatkan stimulus.
Hal ini bisa kita lihat dengan meningkatnya inflasi, berkurangnya jumlah pengangguran, peningkatan penyaluran kredit, hingga pertumbuhan ekonomi yang positif. Namun hal positif di negara tersebut belum tentu adalah hal positif di negara lainnya.
Dampak yang paling mudah kita lihat yaitu pelemahan nilai tukar Rupiah yang disebabkan karena para investor mulai kembali lagi ke AS sehingga supplai Dollar AS di Indonesia berkurang yang mengakibatkan bertambahnya nilainya terhadap Rupiah.
Dampak lanjutan dari pelemahan nilai tukar Rupiah yaitu kenaikan harga barang yang disebabkan karena selisih nilai tukar sehingga nilai barang impor menjadi lebih tinggi,baik bahan baku maupun bahan penolong hingga barang konsumsi dan berpotensi menekan daya beli masyarakat.
Dengan munculnya tanda-tanda pulihnya perekonomian negara Amerika Serikat (AS), tentunya para investor akan berbondong-bondong kembali ke pasar modal AS. Apa yang terjadi dengan pasar modal Indonesia? Tentunya investor juga akan melihat data perekonomian Indonesia.
Syukurnya fundamental perekonomian Indonesia tergolong cukup baik, tercermin dari cadangan devisa sebesar USD 146,9 Miliar dan defisit transaksi berjalan (CAD) nasional diperkirakan hanya dikisaran 0% hingga 0,8% dari produk domestik bruto (PDB) tahun 2021.
Dengan melihat data perekonomian Indonesia, apa yang akan kita lakukan sebagai smart investor? Selain melihat pasar modal Indonesia masih berpotensi survive & growing higher, tentunya kita juga melihat adanya resiko-resiko yang tetap menghantui pasar modal kita.
Salah satu langkah smart yang dapat kita lakukan yaitu dengan melakukan diversifikasi portofolio keuangan kita dari sebelumnya full 100% di instrumen saham menjadi 50% di instrumen pasar uang untuk safety (main aman) dan 50% tetap di saham.
Cara mudah untuk mendiversifikasikan pilihan instrumen investasi portofolio keuanganmu tentunya melalui investasi di Reksa Dana yang kamu dapat temui melalui aplikasi MAKMUR.
Melalui aplikasi MAKMUR kamu dapat membentuk portofoliomu dan juga kamu dapat memilih Reksa Dana terbaik yang telah dipilih untuk kamu. Kamu juga bisa menentukan persentase portofolio yang kamu inginkan misalnya 50%:50% atau 70%:30%, semua bisa kamu lakukan di aplikasi MAKMUR.
Yuk download sekarang melalui link dibawah ini:
Android : Play Store
IOS : App Store
Website : Makmur.id