Beberapa tahun lalu kamu pasti pernah mendengar istilah perang dagang / trade war. Peristiwa tersebut merupakan perang pengenaan tarif pajak terhadap barang-barang impor yang waktu lalu terjadi antara dua negara raksasa yaitu Amerika Serikat dan China.
Akhir-akhir ini juga pasti kamu pernah mendengar berita terkait hubungan geopolitik yang memanas antara negara yaitu Russia dan Ukraina yang sempat ramai dibicarakan di media berita nasional maupun asing.
Apabila beritanya berisikan hal-hal negatif misalkan terkait tegangnya hubungan bilateral antara negara-negara maju dan bisa memicu perang, maka hal tersebut cenderung akan membuat indeks pasar modal terkoreksi / alias merah darah. Tentunya kamu pernah merasakan hal yang serupa apabila kamu adalah seorang investor di pasar modal.
Walaupun hubungan kedua atau tiga negara tersebut tidak ada hubungan langsung dengan negara kita Indonesia, namun respon alamiah mayoritas investor baik lokal maupun asing lebih cenderung untuk mengamankan dulu aset / investasi mereka. Beberapa saat setelah berita negatif tersebut dikabarkan, apabila memang tidak ditemukan dampak signifikan yang terjadi di Indonesia, maka dana investasi akan mengalir kembai ke Pasar Modal Indonesia.
Ini bisa diilustrasikan ketika kamu sedang berada di dalam sebuah gedung dan pada saat itu “amit-amit lah ya” terjadi gempa bumi. Walaupun gempa bumi tidak berdampak signifikan di gedung tersebut, namun disaat ada instruksi evakuasi gedung, hal yang akan kamu bawa tentunya barang-barang berharga kamu bukan? Begitulah respon alamiah yang akan dilakukan oleh mayoritas investor disaat ada berita negatif khususnya hubungan bilateral yang terjadi diantara negara-negara maju di dunia.
Begitu pula sebaliknya apabila berita positif yang disampaikan seperti perdamaian antara negara reksasa Amerika Serikat dan China, atau berita positif lainnya.
Ilustrasi Perang Dagang (Julius Silver | Pexels)
Berkaca dari kejadian pada Bulan Maret 2018 dimana Presiden Amerika Serikat ke-45, Donald Trump, mengumumkan perang dagang dengan negara tirai bambu, China. Ketika pengumuman disampaikan oleh Donald Trump, respon alamiah investor tentunya menarik dananya dari pasar modal, termasuk juga di Indonesia.
Beberapa waktu setelah pengumuman tersebut, analisa dari berbagai pakar investasi lebih cenderung untuk menunggu waktu yang tepat untuk berinvestasi kembali. Hal tersebut tercermin dari grafik IHSG kita dimana setelah penurunan bertahap, belum ada kekuatan yang besar untuk mengangkat kembali grafik IHSG. Setelah ditelusuri lebih lanjut, Indonesia juga dikenakan kenaikan tarif untuk produk-produk yang di ekspor ke negara tersebut.
Namun seiring berjalannya waktu, hubungan antar kedua negara raksasa tersebut sempat hening sehingga investor mulai masuk lagi ke pasar modal menjelang Kuartal 4 di tahun 2018 dengan asumsi hubungan kedua negara tersebut sudah membaik.
Ternyata di tahun 2019 Amerika Serikat kembali menaikkan tarif pajak yang lebih tinggi lagi untuk barang-barang China, hal ini membuat para investor ramai-ramai menarik investasinya dari pasar modal, termasuk Indonesia. Namun karena kali ini lebih disasarkan ke negara tirai bambu, maka grafik IHSG pun kembali rebound (naik kembali).
Jadi hal-hal tersebut yang kerap kali terjadi di pasar modal Indonesia apabila ada hubungan yang retak antara negara-negara maju.
Ilustrasi Investasi
Tentu ada yaitu instrumen pasar uang dimana kinerja dari instrumen pasar uang hanya bergantung dari tingkat suku bunga bank. Jadi apabila kamu ingin instrumen investasi yang risikonya rendah, kamu dapat memilih instrumen pasar uang seperti deposito atau bisa juga di Reksa Dana Pasar Uang.
Reksa Dana Pasar Uang (RDPU) merupakan Reksa Dana yang berinvestasi 100% di instrumen pasar uang. RDPU cenderung memberikan tingkat hasil investasi yang lebih tinggi dari Deposito bank karena RDPU mendapatkan special rate / bunga spesial dari Bank yang dikarenakan nominalnya yang cenderung besar.
Kamu bisa temukan berbagai produk Reksa Dana Pasar Uang terbaik dengan minimal investasi yang dimulai dari Rp 10.000 melalui aplikasi Makmur. Makmur adalah perusahaan Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) yang terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Bersama Makmur kamu bisa temukan berbagai Reksa Dana terbaik dan juga banyak Bonus Investasinya lho. Yuk mulai perjalanan investasi mu bersama Makmur dan jangan lupa berikan ulasan terbaikmu yah.
Android : Play Store
IOS : App Store
Website : Makmur.id
Baca juga : Apa Saja Keuntungan Berinvestasi di Reksa Dana?